Pasaknya Indonesia itu ada di Kecamatan Bubutan

"take" Klip Mblancang Sby di Tugu Pahlawan (dok KIM Bahari)
 Seri 2 - Mblancang Suroboyo th. 2017

Mestinya dari kelurahan Mojo kami akan singgah di kantor kecamatan Genteng. Karena satu dan lain hal kayuhan sepeda angin malah saya percepat saat mendekati perempatan Kusuma Bangsa sisi timur SMUN V Surabaya. Info dari HT patwal kami, kawan-kawan dari Komunitas pengguna HT yang menamakan diri Tiara.com melaporkan rute kunjungan berikut adalah kantor Camat Bubutan yang posisinya tidak jauh dari Gedung Kebangkitan Nasional, komplek makam alm. Pahlawan Nasional dr. Soetomo. Kunjungan ke wilayah kecamatan Genteng berubah malam hari. Cuaca siang itu berkisar 37 derajat celcius, matahari hampir tepat berada diatas kepala. Suasana lalulintas sangat kondusif. Sementara di depan sepeda angin yang saya tunggangi, terdengar raungan sirine dari motor patwal yang berusaha memecah lalulintas. 

Saya, Camat Bubutan Eko KP & Komisioner KPID Jatim, Gandi W. (Ist)**
Setelah melewati jalan Praban belok kanan ke utara dan memasuki jalan Bubutan saya kurangi kayuhan. Mengatur nafas lalu belok kiri arah barat dan masuk jalan Koblen Tengah. Tepatnya bangunan no. 22 tempat dimana kantor kecamatan Bubutan berada. Kami sadur dari laman www.surabaya.go.id kecamatan Bubutan luasnya 3,86 Km2. Hanya separuh luas Kecamatan Gubeng. Populasinyapun hanya separuh jumlah warga kecamatan Gubeng. Populasi warga kecamatan Bubutan berada di angka 22768 jiwa. Memiliki lima kelurahan antara lain kelurahan Jepara, Alon-alon Contong, Bubutan, Gundih dan Tembok Dukuh. Nama terakhir belum memiliki Kelompok Informasi Masyarakat yang resmi dan ber-SK Lurah. Sebagai syarat legalitas keberadaan KIM di wilayah kota Surabaya. Beberapa orang menyebut Surabaya mirip kota Amsterdam di Belanda.

Karena banyak bangunan tua warisan kolonial yang masih berdiri kokoh. Tengok saja bangunan GPIB Immanuel di Bubutan, lalu ada lagi Kantor Polsek Bubutan. Sementara di sisi timur jalan Bubutan ada Rumah tempat Organisasi Keagamaan NU dibentuk pada 31 Januari 1926. Yang pada periode pertama kepengurusannya dipimpin oleh  KH. Hasjim Asy'ari. Kawasan ini menjadi obyek kunjungan wisata bertajuk Kampoeng Lawas, melengkapi Kampung Hijau Gundih yang lebih dulu muncul dengan tema lingkungan asri ditengah kota. Jumlah pelaku UKM nya cukup banyak. Yang terdaftar menjadi binaan Pemkot ada puluhan orang.

Pasaknya Indonesia
Bentuknya mirip paku terbalik, berdiri sebagai pertanda gugurnya 16.000 lebih warga Surabaya. Karena dibombardir  pasukan sekutu dengan 30.000 serdadu (26.000 didatangkan dari Divisi ke-5 dengan dilengkapi 24 tank sherman,  50 pesawat tempur dan beberapa kapal perang Inggris). Masih pasukan sama yang melucuti Jepang dan menjadi  pasukan koalisi pemenang dari PD II. Awalnya Inggris menduga 3 hari Surabaya bisa ditaklukan namun kenyataannya memakan satu bulan sampai akhirnya Surabaya kembali jatuh ke tangan sekutu dan NICA, Surabaya baru kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi pasca Konferensi Meja Bundar di Den Haag - Belanda, pada tahun 1949. Lebih tua sembilan tahun dari Monumen Nasional di Jakarta yang baru resmi dibuka untuk umum pada tanggal 17 Agustus 1961.

Peletakan batu pertama Pembangunan Monumen Tugu Pahlawan pada tanggal 10 November 1951 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno. Selanjutnya Pembangunan Tugu Pahlawan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya yang saat itu dipimpin oleh Doel Arnowo. Kemudian berlanjut dengan bantuan dari Indonesian Engineering Corporation, yang dipungkasi oleh Pemborong Saroja. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 10 November 1952, setahun setelah peletakan batu pertamanya. Peristiwa Sepuluh November 1945 bukan hanya berpengaruh bagi warga Surabaya. Namun menjadi pemicu berbagai perang pasca Indonesia merdeka di berbagai daerah.

Karenanya tidak berlebihan kami sebut Tugu Pahlawan adalah Pasaknya Indonesia. Merupakan sebuah monumen yang menjadi  pertanda akan keberadaan tanah Kota Surabaya yang herois dan sakral. Titik Nol kota Surabaya berada di sisi timur Tugu ini. Tepatnya di dalam komplek kantor Gubernur Jawa Timur. Memiliki tinggi  41,15 meter dan berbentuk lingga (paku terbalik). Badan Tugu Pahlawan berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) jumlahnya 10 lengkungan, kemudian terbagi menjadi 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Apa pendapat anda? (BnPY)

** Foto ini kami ambil dari laman kawan blogger dari KIM Bubutan di  portal harapan bangsa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecamatan Sukomanunggal jantungnya kota Surabaya

Teluk di Kecamatan Asemrowo yang membuat Keder Singapura