Teluk di Kecamatan Asemrowo yang membuat Keder Singapura

Pelabuhan Terminal Teluk Lamong (dok. Enciety)
Salah satu karya anak bangsa yang sempat membuat negara sekelas Singapura Keder dengannya. Apa itu? Benar...... Pelabuhan Terminal Teluk Lamongan (TTL), demikian namanya. Bangunan yang sangat prestis, dibangun dan resmi berdiri di era Walikota perempuan pertama Surabaya, Tri Risma Harini.

Sampai lupa menceritakan pengalaman bersepeda di terik matahari kota Surabaya. Keluar dari kantor kecamatan Bubutan banyak yang mengajak foto dan salaman. Beberapa malahan baik hati menitipkan air mineran dan sinom dingin masih basah keluar dari lemari es. Tapi pendamping saya, Cak Oscar yang mantan atlit bersepeda melarang saya minum sembarangan. Karena haus jatah pocari sweat langsung saya tenggak habis.

Melaju di jalan Bubutan di siang bolong yang cerah membutuhkan semangat ekstra. Saat lampu "bangjo" menyala merah saya ikut berhenti beberapa saat. Saat lampu berubah warna menjadi hijau saya kayuh sepeda kuat-kuat melaju memasuki jalan Dupak yang ramai. Patwal motor masih setia mendampingi saya di depan. Sementara mobil logistik sudah sampai di kantor kecamatan Asemrowo rute kunjungan kami berikut.

Setelah laju sepeda melewati perempatan jalan Demak, saya sempat menoleh ke kiri. Melihat kearah kerumunan orang sedang berbelanja di kios rombeng kawasan Demak yang legendaris. Banyak asesoris motor bekas yang layak jual dan diburu pembeli. Beberapa juragan pemilik kios yang saya tahu sudah bergelar haji, meskipun lapaknya "maaf" terkesan tidak "ndayani". Itulah yang disebut rejeki manusia adalah misteri Illahi.

Melewati kantor Polsek Asemrowo laju sepeda saya kurangi. Kayuhan melambat sambil menunggu kawan" patwal mengurai jalan depan kantor kecamatan Asemrowo yang cukup padat siang itu. Saya masuk ke parkiran langsung disambut Cak Oscar dengan menu makan siang yaitu dua pisang ambon, vitamin B komplek serta air mineral. Tas kosong di sepeda kembali diisi dua botol pocari sweat untuk persiapan di jalan.

Didalam aula sudah ditunggu para pegiat KIM Asemrowo yang mayoritas adalah wanita dan pria paruh baya. Sambil bercanda saya sampaikan kepada mereka, sosialisasi KIM di Asemrowo bagaikan mengikuti kegiatan rutin karang werdha. Sambil terkekeh seorang Ibu mendatangi saya sambil mencubit lengan saya. Sosialisasi KIM di aula kantor kecamatan berjalan lancar. Kami ditemani Sekcam Asemrowo dan pegiat KIM senior Kota Surabaya Imam Sutaji. Imam juga menjabat sebagai Ketua Forum Pemerhati RRI Surabaya.

Tim Lapangan - Saya, Etha, Topan, Mahfud (panlok), Riyan & Putut.
Asemrowo terdiri dari tiga kelurahan, Genting Kalianak, Tambak Sarioso dan kelurahan Asemorowo. Sebelumnya kecamatan ini memiliki lima kelurahan dengan areal tambak yang mendominasi. Karena  penyatuan wilayah kelurahannya dipangkas menjadi tiga. Dengan luas wilayah 14,54 km2, populasi penduduknya mencapai 42580 jiwa (data 2011). Sebagian pelaku UKM yang menjadi produsen tas, menjual produknya ke pusat grosir Surabaya (PGS). Sisanya menjadi nelayan dan profesi lain.

Banyak warga miskin Asemrowo tinggal di sekitar Greges dan Kalianak. Alhamdulillah program permakanan dari Dinsos kota Surabaya sangat membantu mereka. Kampung Nelayan Greges terkena dampak langsung adanya reklamasi laut untuk pembangunan pelabuhan TTL, karena area mencari ikan mereka terkena relokasi pelabuhan. Kelompok ini sangat butuh pemberdayaan dari Pemerintah Kota. Karena taraf pendidikan rendah dan lapangan kerja yang mereka bisa hanya menjadi nelayan.

Kembali ke TTL Kenapa sampai Negara Sinagpura was-was. Karena kinerja dan efisiensi Pelabuhan kebanggan Surabaya dan Indonesia ini, bersaing dengan Pelabuhan Laut Singapura. Mari kita analogikan seperti dua warung kopi. Kalau sama-sama menyajikan kopi. Warkop pertama bersih, ada free WIFI dan layanannya cepat pula. Sementara ada warkop sejenis namun harganya dua kali lipat. Maka kita akan memilih yang murah dengan layanan sama.

Terminal Teluk Lamong dirancang sebagai terminal peti kemas yang modern dan ramah lingkingan. Peralatan canggih digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja di pelabuhan. Waktu yang dibutuhkan oleh kapal baik untuk bongkar muat bawaannya sangat pendek. Sehingga, waktu tunggu kapal yang hendak merapat dapat dipangkas. Ini membuat pengusaha dapat melakukan efisiensi biaya logistik. Efeknya harga jual barang pada akhirnya bisa ditekan. Kelebihan lain alat bongkar-muatnya digerakkan dengan tenaga listrik. Anda mau berpendapat?  (BNPY)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecamatan Sukomanunggal jantungnya kota Surabaya